BONESATU.COM, Bone – Persentase prevalensi balita Stunting di Kabupaten Bone kembali bergerak naik sejak tahun 2019 lalu. Stunting adalah masalah gizi kronis pada Balita akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka Balita Stunting di Kabupaten Bone tercatat sebesar 34,1 persen dari sebelumnya 33 persen.
Baca juga : Wabup Bone Tegaskan Pejabat Yang ikut Ke Malaysia Diperiksa Inspektorat
Sementara berdasarkan pengukuran dan publikasi Stunting melalui elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) secara priodik Februari – Agustus justru menunjukkan perkembangan yang signifikan mencapai kenaikan 1 digit.
Pengukuran perkembangan Balita Stunting dari e-PPGBM pada periode Februari – Agustus 2021 meningkat dari 5,19 persen menjadi 6,17 persen.
Begitupun pada periode Februari – Agustus 2022 kembali mengalami kenaikan melonjak dari 6,19 persen menjadi 6,7 persen atau 2.708 Balita.
Lebih rinci jika terlihat dari penyebarannya, prevalensi Balita Stunting di Kabupaten Bone lebih terkonsentrasi di Kecamatan Sibulue yang menduduki posisi tertinggi sebesar 496 Balita menyusul Tellulimpoe sebesar 306 Balita, Ajangale 255 Balita, Tanete Riattang sebesar 236 Balita dan Mare sebesar 230 Balita.
Kepala Bappeda Bone, Ade Fariq Ashar mengakui peningkatan Stunting tersebut dipicu oleh 3 faktor yakni, alat ukur yang belum standar, kader Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang selalu berganti dan kurang maksimalnya kolaborasi perangkat daerah.
“Makanya dalam upaya intervensi Stunting terdapat 2 strategi aksi, yaitu aksi spesifik dan aksi sensitif,” tuturnya, Jum’at (14/10/22).
Dia menjelaskan, aksi spesifik dilakukan sepenuhnya oleh instansi tekhnis Dinas Kesehatan, sementara aksi sensitif diintervensi melalui kolaborasi antar seluruh OPD melalui kegiatan – kegiatan pendukung yang diformulasikan.
Baca juga : Lambat Setor Data Kemiskinan, Bone Diwarning Pemprov Sulsel
” Jadi dalam mengintervensi Stunting bukan hanya semata bertumpu pada Instansi Tekhnisnya, tapi juga dibutuhkan dukungan dari OPD lainnya,” jelasnya.
Sekretaris Dinkes Bone, dr. Yusuf Tolo yang dikonfirmasi mengakui adanya peningkatan prevalensi tersebut, namun menurutnya hal itu belum final, karena sampai saat ini para numerator masih melakukan pendataan.
” Memang ada peningkatan sampai 1 digit, tapi itu belum final karena pendataan masih berlangsung “,tuturnya, Jum’at (24/10/22).
Laporan : Budiman