BONESATU.COM, Gowa – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI bekerja sama dengan gerakan nasional literasi digital Siber Kreasi mengadakan sesi webinar ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ untuk wilayah Sulawesi. Dengan maraknya penyebaran berita bohong atau hoaks terutama melalui media sosial (medsos), Kominfo kali ini menggelar webinar bertajuk “Ragam Penipuan di Dunia Online” dengan target audiens masyarakat Gowa, Rabu (16/6/2021). Pada episode kali ini diikuti oleh 302 peserta dari berbagai kalangan.
Sejumlah narasumber yang dihadirkan dalam webinar ini di antaranya Blogger yang juga Direktur Kolaborasi Ruang Perempuan, Daeng Ipul; Founder Mimilicious, Mimi Hilzah; Pemeriksa Fakta dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Adi Syahfitrah; dan Blogger, Andy Hardiyanti Hastuti.
Tampil sebagai pembicara pertama adalah Daeng Ipul yang menyampaikan presentasi berjudul “Dampak Penyebaran Hoaks”. Daeng menjelaskan, hoaks adalah informasi palsu, berita bohong, atau fakta yang dipelintir dan direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius (politis). Beberapa ciri utama hoaks adalah mengandung kata-kata heboh, mencatut nama ahli atau ilmuwan, dan biasanya tidak muncul di media arus utama.
Menurut Daeng, hoaks yang menyebar bisa menimbulkan dampak mulai skala ringan yang mungkin hanya akan jadi bahan lelucon, skala medium, hingga skala besar yang bisa menyebabkan kebencian sampai perang saudara. “Hoaks kecil saja bisa menjadi besar bila tidak diwaspadai. Apalagi hoaks-hoaks besar dampaknya terbukti bisa memicu kepanikan, kekacauan, bahkan menghilangkan nyawa,” tuturnya.
Beranjak ke pembicara kedua, Mimi Hilzah menyampaikan materi “Digital Skill: Tips dan Pentingnya Internet Sehat”. Dia menuturkan, ada beberapa keterampilan yang dibutuhkan dalam bermedia sosial. Keterampilan itu adalah kematangan secara emosional, bersikap adil, hati-hati, dan jujur dalam memberikan informasi. “Lakukan verifikasi ke beberapa sumber sebelum mengunggah atau meneruskan suatu berita. Apabila menemukan pelanggaran atau kejahatan di dunia maya, jangan ragu mengambil peran untuk meluruskan kesalahan informasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, tujuan orang bermedia sosial bisa berbeda-beda, mulai menjalin relasi hingga mengejar popularitas. Namun, sebaiknya ada tujuan besar yang harapannya diamini oleh semua pengguna, yaitu menjadikan medsos ini lebih bermanfaat bagi sesama. “Contohnya, saat ada yang butuh darah bisa diumumkan di medsos sehingga bisa cepat dapat pendonor atau saat ada bencana juga bisa cepat mengumpulkan donasi. Untuk tujuan seperti itu, ayo, kita bekerja sama agar media digital ini bisa lebih besar manfaatnya daripada mudharatnya,” tuturnya.
Pemateri selanjutnya, Adi Syahfitrah, memaparkan tentang “Digital Safety: Informasi Digital, Identitas Digital, dan Jejak Digital dalam Medsos”. Dia menekankan pentingnya perlindungan data pribadi dan betapa berharganya identitas diri kita. Pasalnya, ketika data pribadi ini bocor, oknum peretas bisa saja menyalahgunakan data tersebut seperti untuk membuat BPKB dan STNK palsu, pinjaman online (pinjol), serta membuat akun di medsos atau toko daring.
“Bisa juga disalahgunakan untuk menyamar sebagai Anda dan melakukan hal tidak baik, seperti penipuan dan provokasi,” ungkapnya.
Pembicara terakhir, Andy Hardiyanti Hastuti, menyampaikan paparan terkait budaya digital dengan judul presentasi “Suara Digital: Mengenal Lebih Jauh Cara Menyuarakan Pendapat di Dunia Digital”. Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap warga negara. Namun, dalam menyuarakan pendapat juga ada etikanya, termasuk di dunia digital.
“Bebas tapi ada etikanya, tidak bisa sembarangan. Pikir ulang sebelum menyuarakan pendapat. Think before posting, saring before sharing. Pertimbangkan apakah opini tersebut bersifat provokatif atau tidak, misalnya menyinggung SARA, pornografi, dan sebagainya. Sampaikan pendapat dengan bahasa yang baik dan sopan,” ujarnya.
Agar tidak terjebak hoaks, penting untuk mengetahui isu yang dimaksud secara detail, jangan hanya tahu kulitnya saja. “Periksa kebenaran berita, jangan sampai nanti kita mengunggah hoaks. Untuk mengeceknya bisa di situs Kominfo https://komin.fo/inihoaks,” ungkapnya.
Setelah pemaparan materi oleh keempat narasumber, kegiatan Literasi Digital dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Para peserta yang hadir secara daring antusias melayangkan pertanyaan kepada para narasumber terkait tema yang disampaikan. Para penanya juga berkesempatan mendapatkan uang elektronik masing-masing senilai Rp 100.000.
Kegiatan Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi diselenggarakan secara virtual mulai bulan Mei hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi informatif yang pastinya disampaikan oleh para narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi. (***)