BONESATU.COM, Bone – Puluhan orang tua murid SDIT Al Amir Fil Jannah Bajoe mendesak pihak Yayasan Al Amir Fil Jannah Bajoe untuk mencopot Misbah sebagai kepala sekolah.
Tuntutan itu disampaikan orang tua murid melalui petisi yang dilayangkan kepada Yayasan beberapa waktu lalu.
Baca juga : Dugaan Pungli SDIT AFJ Bajoe, Ketua WIB Minta Kejari Proses Hukum
Salah satu orang tua murid yang bertanda tangan di petisi itu, UH, membeberkan sejumlah masalah yang terjadi di sekolah tersebut.
Mulai dari tidak transparannya kepsek dalam mengelola dana, sifat angkuh, arogan, tidak beretika serta enggan menerima kritikan.
“Saya pernah kritik di grup WhatsApp sekolah, langsung saya dikeluarkan. Bahkan ada juga orang tua lainnya yang disuruh ambil surat pindah karena mengkritik,” ujarnya, Minggu (16/10) sore.
Bahkan mengenai pembayaran, lanjutnya, dipungut tanpa persetujuan para orang tua murid melalui rapat komite, dan tak jelas peruntukannya.
“Contohnya biaya kenaikan kelas 700 ribu tidak jelas itu untuk apa. Apalagi sekarang ini pandemi,” ujarnya.
Ironisnya, beberapa iuran sekolah pun dibayar orang tua dengan cara mentransfer ke rekening Kepsek.
Hal tersebut tentu sebuah pelanggaran. Pasalnya, dalam regulasi ditekankan bahwa iuran apapun dari murid harus melalui dan disimpan ke rekening khusus sekolah.
“Kepsek ini juga tidak beretika. Waktu kami tanyakan alasan memberikan batasan waktu pengumpulan tugas hanya 1 jam untuk anak-anak kami , katanya itu untuk memberi efek jera bagi kelas anak kami,” imbuhnya.
“Saat kami ajak bicara, dia tidak menghiraukan kami, dia tetap sibuk dengan handphone-nya,” kesalnya.
Bahkan dibeberkannya, Ketua Harian Yayasan AFJ Bajoe pak Ridwan mengundurkan diri karena tidak dihargai oleh Kepsek SDIT AFJ Bajoe, Misbah.
Dalam surat terbuka pengunduran diri pak Ridwan untuk yayasan, menyebutkan bahwa kepsek Misbah tidak beretika.
Pak Ridwan inilah yang merintis secara administratif untuk mendapatkan legalitas formal SDIT AFJ Bajoe di kemudian hari, dengan memelas keringat meramu, mengajukan sendiri proposal izin operasional ke Disdik Bone pada 15 Juni 2015 lalu .
Ia pun melengkapi berkas pendukung lainnya untuk SDIT AFJ Bajoe berupa Rekomendasi Tidak Keberatan 4 Kepala SD/MI, yakni SD Inpres 5/81 Bajoe, SD Inpres 3/77 Bajoe-II, MI Nurul Umum Bajoe dan MI an- Nur’ain Lonrae.
Pun meminta dukungan Camat Tanete Riattang Timur, Ka UPTD Pendidikan Tanete Riattang Timur, dan Lurah Bajoe, tentang rencana pengoperasionalan SDIT Al Amir Fil Jannah Bajoe.
“Orang yang berjasa terhadap sekolah ini saja tidak dihargai oleh Kepsek. Sungguh keterlaluan,” berangnya.
Diakui bahwa masalah yang terjadi ini sudah dikomunikasikannya dengan yayasan. Namun yayasan terkesan tak mengindahkan tuntutan orang tua murid.
“Yayasan tetap ingin mempertahankan Kepsek ini. Sungguh miris, sekolah Islam dipimpin Kepsek seperti itu,” sesalnya.
Ia menegaskan bahwa dirinya beserta orang tua lainnya tidak ridho anaknya tetap dididik dan dipimpin oleh Misbah.
“Orang yang bisa dijadikan tauladan itu bukan hanya pintar menyampaikan hal baik melalui lisan, tapi juga harus mencontohkannya dengan sikap dan perbuatan,” tandasnya.
“Di luar tampilannya bawang putih, tapi dalamnya ternyata bawang merah,” sambungnya.
Hal senada diungkapkan Rm, salah satu orang tua murid yang turut bertanda tangan di petisi tersebut.
Kata Rm, Kepsek ini acapkali membuat kebijakan yang dapat mengancam keselamatan anak mereka, tanpa mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan orang tua murid.
“Dulu ada kegiatan outing class di Pallette. Masa anak-anak kami di suruh naik mobil pick up. Ini anak kelas 1 loh, kalau jatuh sekolah mau tanggung jawab?,” ujarnya.
Selain itu, Kepsek juga memaksakan kebijakan belajar mengajar (KBM) tatap muka di tengah angka positif Covid-19 di Bone sedang tinggi.
Berita terkait : SDIT AFJ Bajoe Diduga Lakukan Pungutan Liar
Tak tanggung-tanggung, KBM tatap muka tersebut melibatkan murid di semua tingkatan kelas.
Namun itu tidak dilakukan di sekolah, melainkan di sebuah perumahan milik Ketua Yayasan AFJ Bajoe.
“Namun kami menolak. Akhirnya kami diberi sanksi, anak kami harus kumpul tugas yang waktunya hanya 1 jam, dari Jam 8 sampai 9. Katanya aturan Dinas (Pendidikan),” kesalnya.
Hingga saat ini, Kepsek SDIT AFJ Bajoe Misbah memilih bungkam dalam menanggapi masalah ini. Ia tidak pernah menjawab telepon wartawan saat ingin dimintai klarifikasi. (Budiman)