BONESATU.COM – Sudah 1 bulan sejak penandatangan kontrak awal Oktober lalu, ternyata pengerjaan proyek jalan Beton menuju Bandara Arung Palakka Kabupaten Bone senilai Rp.8 Miliar tersebut, sampai saat ini belum menunjukkan progres yang berarti.
Dari pantauan wartawan, terlihat rekanan pelaksana baru saja mulai mendatangkan pasir kasar di lokasi. Meski seharusnya jalan tersebut ditargetkan untuk digunakan hari ini, Kamis 1 Desember pada peresmian Operasional penerbangan perdana Bandara oleh Pemkab Bone.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah proses realisasi pendanaannya, dimana pembangunan jalan ini didanai oleh Bantuan Keuangan Pemprov Sulsel yang baru terealisasi tahap 1 sebesar Rp.4 Miliar atau 50 Persen.
Sementara dalam Petunjuk Tekhnis (Juknis) SK Gubernur Sulsel menyebut, dana tahap 2 akan direalisasikan oleh Pemprov Sulsel setelah dana tahap 1 terserap 70 persen sampai batas waktu 31 Desember mendatang.
Hal ini jika dikalkulasikan, maka pihak rekanan harus memacu pekerjaan untuk mempertanggungjawabkan Rp.2,8 Miliar pada posisi 31 Desember dari Rp.4 Miliar realisasi tahap 1 untuk merealisasikan tahap 2 yang tersisa Rp.4 Miliar.
” Ada uang muka yang sudah diserap 30 persen dari tahap 1 Oktober lalu, jadi tinggal ditambah 40 persen untuk realisasi tahap 2, ” ungkap H. Syamsuddin, Kabid. Perbendaharaan, BKAD Bone, Kamis (1/12/22).
Sementara Kepala DBMCKTR Bone, Askar yang dikonfirmasi mengakui jika lambatnya pelaksanaan proyek tersebut akibat masih adanya warga yang keberatan sampai memagari ruas jalan yang akan dibangun.
” Sudah dilapor di Polisi dan barang bukti pagar itu di bawa ke Kantor Polisi, tapi setelah itu, dipagar lagi “,ungkap Askar, melalui telepon seluler, Kamis (1/12/22).
Menurut dia, sebenarnya kelambatan untuk mengejar progres pekerjaan sesuai yang dipersyaratkan dalam Juknis dan Kontrak bisa diantisipasi dari awal dengan mengerjakan bagian yang tidak persoalkan, sambil menyelesaikan persoalan itu.
” Dalam kontrak itu memberi target Volume Fisik 20 persen untuk tahap 1, ini bisa disiasati dengan mengerjakan bagian luar yang tidak dipersoalkan, tapi rekanannya tidak berupaya, ” tuturnya.
Masalah lainnya diakui Askar, pihak rekanan ini berasal dari luar daerah yang susah diajak komunikasi, sehingga pihaknya sendiri kesulitan bertindak untuk mengantisipasi kendala yang terjadi.
” Saya sering sampaikan agar temui saya Untuk mencari solusi bersama, tapi susah karena bukan orang sini, Bahkan pernah saya kasi tau kalau ada masalah, libatkan pengamanan, “terangnya.
Apalagi lanjutnya, pemenang tender dari proyek ini, yakni CV. Dua Tujuh menawarkan bantingan harga yang cukup besar, mencapai 22 persen atau sebesar Rp.2,3 Miliar dari HPS sebesar Rp.10.4 Miliar.
” Saya sudah sampaikan, kapan tidak bisa memenuhi agenda Juknis , maka saya tidak segan – segan putus kontrak, apalagi bantingannya juga besar, ” tegasnya.
Laporan : Budiman