BONESATU.COM, Donggala – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bekerja sama dengan gerakan nasional literasi digital Siber Kreasi mengadakan sesi webinar ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi. Kali ini giliran masyarakat Donggala yang berkesempatan mengikuti webinar bertajuk ‘Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial’, Senin (14/6/2021).
Sejumlah narasumber yang dihadirkan dalam webinar ini d iantaranya perencana keuangan dari PT. Mitra Rencana Edukasi (MRE), Sari Insaniwati; Youtuber, dr Iwan A Yusuf; Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, Achmad Herman; serta praktisi bisnis daring Feybe Listya. Kegiatan ini diikuti 519 peserta.
Tampil sebagai narasumber pertama adalah Sari Insaniwati yang menyampaikan paparan bertema ‘Cerdas Menggunakan Dompet Digital dalam Transaksi Elektronik’. Saat ini sudah banyak orang Indonesia yang menggunakan dompet digital terutama untuk transaksi belanja daring. Dengan semakin banyaknya platform belanja daring, masyarakat masa kini memang kian dimudahkan dalam mendapatkan barang dan jasa, apalagi ditambah gimmick pemasaran seperti diskon dan gratis ongkir (ongkos kirim) membuat konsumen ‘ketagihan’ belanja daring.
Jika hasrat berbelanja ini tidak dikontrol, maka bisa terjadi pemborosan. Untuk mencegah hal ini, Sari memberikan sejumlah tips. “Belanja daring lebih hemat jika dilakukan berdasarkan kebutuhan. Bedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Kalau beli barang sebaiknya juga langsung dibayar lunas, jangan yang cicilan karena selain lebih mahal juga bisa jadi ‘jebakan batman’ yang membuat kita terlilit utang. Selain itu, buatlah daftar belanjaan, dan belilah sesuai daftar itu saja,” tuturnya.
Beranjak ke pembicara kedua, Iwan A Yusuf membawakan materi tentang ‘Digital Ethics’. Kuncinya adalah berinteraksi dengan baik dan beretika di dunia digital. “Ketika lahir dan dibesarkan di dunia ini kita sudah punya etika, itu tinggal dipindahkan saja ke dunia digital,” ucapnya.
Dia memberikan contoh, jika ingin berjualan sesuatu di internet atau media sosial, harus jujur disampaikan kelebihan dan kekurangan barang yang ingin dijual. Di sisi lain, kita juga harus berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi karena ada berpotensi terkena pencurian data. “Perhatikan juga tata hukum, hindari perdebatan, hargai orang lain, dan berkomunikasilah yang baik. Prinsipnya melalui digital, kita bangun silaturahmi yang baik. Kalau ada selisih pendapat, kita hindari perdebatan,” tuturnya.
Pembicara selanjutnya adalah Achmad Herman yang membawakan materi bertajuk ‘Pilih Mana: Nabung atau Belanja Online?’. Achmad mengutip riset Bain & Company dan Facebook 2020, yang menunjukkan sektor belanja daring di Indonesia diprediksi tumbuh 3,7 kali lipat menjadi USD48,3 miliar pada 2025. Dua faktor pendorongnya adalah peningkatan daya beli masyarakat dan penggunaan akses internet yang terus bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir yakni sekitar 70% di Indonesia.
“Tinjauan Big Data 2020 terhadap Dampak Covid-19 oleh BPS juga menyebut penjualan daring di Indonesia pada Februari-Juli 2020 meningkat tajam dibanding Januari 2020. Jadi, pandemi membuat jualan online meningkat tajam. BPS juga mengungkap bahwa milenial perempuan lebih banyak berbelanja daring dibanding milenial laki-laki,” bebernya.
Menutup paparan, Feybe Listya menyampaikan pengalaman dan paparannya yang bertajuk ‘Aman dan Nyaman di Dunia Digital’. Tak dimungkiri, Feybe masuk ke ranah bisnis daring karena melihat adanya peluang bisnis dari perubahan gaya hidup atau selera masyarakat masa kini. Feybe yang berjualan produk secara daring di media sosial, mau tidak mau harus membagikan informasi detail terkait produk-produknya, termasuk juga profil dirinya sebagai penjual.
“Saya sadar menggunakan medsos sebagai sarana mendapatkan penghasilan, dan ini kadang tidak aman karena saya harus menginformasikan banyak hal. Tapi, di dunia digital ini kadang kita harus milih mau aman atau nyaman? Ada hal yang tidak aman tapi nyaman. Misalnya, saya harus membagikan profil diri saya untuk mendapatkan kepercayaan konsumen, karena mereka akan percaya dan mau beli kalau tahu siapa saya,” tukasnya.
Setelah pemaparan materi oleh keempat narasumber, kegiatan Literasi Digital dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiasme para peserta yang hadir secara daring untuk mengirimkan pertanyaan kepada para narasumber terkait tema yang disampaikan. Penanya juga berkesempatan mendapatkan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000.
Salah seorang peserta, Mulyadi, menanyakan tentang dampak dompet digital terhadap para pelaku usaha kecil yang belum melek teknologi. Sari Insaniwati menjelaskan, teknologi berkembang sangat pesat dan jika tidak ingin ketinggalan maka harus mau beradaptasi dan mengikuti perkembangan.
“Kita bisa lihat contohnya ojol (ojek online). Kalau tukang ojek mau keukeuh dengan analognya, pasti tertinggal. Jadi, yuk ikuti, tidak semua perkembangan teknologi itu jelek, bahkan bisa membantu dan ujungnya meningkatkan pendapatan kita juga,” tegasnya.
Kegiatan Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi diselenggarakan secara virtual mulai bulan Mei hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi informatif yang pastinya disampaikan oleh para narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi. (***)